- Lokasi Kerajaan Banten
Secara geografis, Kerajaan Banten
terletak di propinsi Banten.Wilayah kekuasaan Banten meliputi bagian barat
Pulau Jawa, seluruh wilayah Lampung, dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat.
Situs peninggalan Kerajaan Banten tersebar di beberapa kota seperti Tangerang,
Serang, Cilegon, dan Pandeglang. Pada mulanya, wilayah Kesultanan Banten
termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Peta
letak kerajaan Banten
Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur
pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Sunda.Dengan posisi yang strategis
ini Kerajaan Banten berkembang menjadi kerajaan besar di Pulau Jawa dan bahkan
menjadi saingan berat bagi VOC di Batavia.VOC merupakan perserikatan dagang
yang dibuat oleh kolonial Belanda di wilayah kepulauan Nusantara.
- Kerajaan Banten
Perkembangan Awal Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan KerajaanPajajaran.Rajanya (Samiam)
mengadakan hubungandengan Portugis di Malaka untuk membendungmeluasnya
kekuasaan Demak. Namunmelalui, Faletehan, Demak berhasil mendudukiBanten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon.v Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkanpemerintahan
Banten kepada putranya,Hasanuddin. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin
(1552-1570M), Banten cepat berkembang menjadi besar.Wilayahnyameluas sampai ke
Lampung, Bengkulu, dan Palembang.vPada awalnya kawasan Banten juga dikenal
denganBanten Girang merupakan bagian dari kerajaan sunda.Kedatangan pasukan
Kerajaan Demak di bawah pimpinanMaulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain
untukperluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwahIslam. Kemudian dipicu
oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal
inidianggap dapat membahayakan kedudukan KerajaanDemak selepas kekalahan mereka
mengusir Portugal dariMelaka tahun 1513..
Selain mulai membangun benteng
pertahanan diBanten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkanperluasan kekuasaan ke
daerah penghasil lada diLampung.Ia berperan dalam penyebaran Islam dikawasan
tersebut, selain itu ia juga telahmelakukan kontak dagang dengan rajaMalangkabu
(Minangkabau, KerajaanInderapura), Sultan Munawar Syah dandianugerahi keris
oleh raja tersebut.v Seiring dengan kemunduran Demak terutamasetelah
meninggalnya Trenggana,Banten yangsebelumnya vazal dari Kerajaan Demak,
mulaimelepaskan diri dan menjadi kerajaan yangmandiri.
- Sejarah
De
Stad Bantam, lukisan cukilan lempeng logam
(engraving) karya François Valentijn, Amsterdam, 1726
Pada awalnya kawasan Banten juga
dikenal dengan BantenGirang merupakan bagian dari KerajaanSunda. Kedatangan pasukan KerajaanDemak di bawah pimpinan MaulanaHasanuddin
ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran
dakwah Islam.
Kemudian dipicu oleh adanya kerjasamaSunda – Portugal
dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan
Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal
dari Melaka
tahun 1513.
Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan PelabuhanKelapa sekitar tahun 1527, yang
waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng
pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan
ke daerah penghasil lada di Lampung.
Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga
telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu (Minangkabau, KerajaanInderapura), SultanMunawarSyah dan dianugerahi keris oleh raja
tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak
terutama setelah meninggalnyaTrenggana Banten yang sebelumnya vazal dari
Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. MaulanaYusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun
1570melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan PakuanPajajaran tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya MaulanaMuhammad, yang mencoba menguasai Palembang
tahun 1596
sebagai bagian dari usaha
Banten dalam mempersempit gerakan
Portugal di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan
tersebut.
Pada masa PangeranRatu anak dari MaulanaMuhammad, ia menjadi raja pertama
di PulauJawa
yang mengambil gelar “Sultan” pada tahun 1638 dengan
nama ArabAbu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif
melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu,
salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada RajaInggris, JamesItahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles.
- Aspek kehidupan masyarakat
Aspek kehidupan kerajaan Banten
meliputi :
- Sistem Ekonomi
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi
Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai
diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan
pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan,
sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyangsiksakandangkaresian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek
(pemburu)
dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem
ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663
dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian.
Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16
000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan
ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani
ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar.
Perkebunantebu, yang
didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan
Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.
Tak dapat dipungkiri sampai pada
tahun 1678,
Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya
menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut.
- Sistem Sosial
Kerajaan Banten merupakan salah satu
kerajaan Islam di Pulau Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri
Kedaton, dan Mataram Islam.Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan
ajaran-ajaran yang berlaku dalam agama Islam.Pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan
pesat karena sultan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.Usaha yang ditempuh
oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan sistem perdagangan bebas dan
mengusir VOC dari Batavia.
Menurut catatan sejarah Banten,
Sultan Banten termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam
benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi
sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk Banten telah
menjalankan praktek toleransi terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini
dibuktikan dengan dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada tahun
1673.
- Sistem Politik
Pada awal berkembangnya masyarakat
pantai Banten, Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.Namun
pada tahun 1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak di bawah
pimpinan Syarif Hidayatullah.Pada waktu Demak terjadi perebutan kekuasaan,
Banten melepaskan diri dan tumbuh menjadi kerajaan besar.
Setelah itu, kekuasaan Banten
diserahkan kepada Sultan Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah.Sultan Hasanudin
dianggap sebagai peletak dasar Kerajaan Banten. Banten semakin maju di bawah
pemerintahan Sultan Hasanudin karena didukung oleh faktor-faktor berikut ini:
Letak Banten yang strategis terutama
setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten menjadi bandar utama karena
dilalui jalur perdagangan laut.
Banten menghasilkan rempah-rempah
lada yang menjadi perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia.
Kerajaan Banten mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan
oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai
berikut:
Memajukan wilayah
perdagangan.Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai ke bagian selatan
Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
Banten dijadikan sebagai tempat
perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal dengan para
pedagang asing dari Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan
Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten.
Melakukan modernisasi bangunan
keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.Sejumlah situs bersejarah
peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah
Pantai Teluk Banten.
Membangun armada laut untuk melindungi
perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk
menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan pasukan asing
dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan
salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia.Kekuatan
politik dan angkatan perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinannya.Namun
akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng dan putranya,
Sultan Haji.Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian
berhasil ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629
Masehi.
- Sistem Budaya
Masyarakat yang berada pada wilayah
Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara
lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut
memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap
berdasarkan aturan agama Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari
migrasi penduduk Cina akibat perang Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang
India dan Arab yang berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Dalam bidang seni bangunan Banten
meninggalkan seni bangunan Masjid Agung Banten yang dibangun pada abad
ke-16.Selain itu, Kerajaan Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura
pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang
telah memeluk agama Islam.Sejumlah peninggalan bersejarah di Banten saat ini
dikembangkan menjadi tempat wisata sejarah yang banyak menarik kunjungan
wisatawan dari dalam dan luar negeri.
- Puncak Kejayaan
Kesultanan Banten merupakan kerajaan
maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi
salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang
ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark
dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India,
Siam, Vietnam,
Filipina, Cina
dan Jepang
Masa SultanAgengTirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan
Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas
contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada
Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan
armada lautnya ke Sukadana atau KerajaanTanjungpura
(KalimantanBarat
sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan
yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
- Masa Kesultanan
- Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah pada tahun 1552 – 1570
- Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 1585
- Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 1596
- Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu memerintah pada tahun 1596 – 1647
- Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 – 1651
- Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah memerintah pada tahun 1651-1682
- Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah pada tahun 1683 – 1687
- Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun 1687 – 1690
- Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah pada tahun 1690 – 1733
- Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin memerintah pada tahun 1733 – 1747
- Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
- Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada tahun 1753 – 1773
- Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada tahun 1773 – 1799
- Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1799 – 1803
- Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin memerintah pada tahun 1803 – 1808
- Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1809 – 1813
- Kemunduran kerajaan Banten
Bantuan dan dukungan VOC kepada
Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya
pada 12Maret1682, wilayah
Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac
de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia
yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat
perjanjian tanggal 22Agustus1682 yang
membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Selain itu
berdasarkan perjanjian tanggal 17April1684, Sultan
Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji
tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga
pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari GubernurJendralHindiaBelanda di Batavia. SultanAbuFadhlMuhammadYahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa
sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati
dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing
Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di
Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara
keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas
ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada
masa akhir pemerintahan SultanAbul Fathi Muhammad Syifa Zainul
Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus
Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali
meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten
telah menjadi vassal dari VOC.
Penghapusan kesultanan
Pada tahun 1808 Herman Willem
Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
1808-1810, memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.
Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan
menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan
dibangun di Ujung Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya
Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana
Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan (Istana Surosowan)
dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq
Zainulmutaqin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia.
Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa
wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dihapuskan
tahun 1813
oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin
Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta
oleh Thomas Stamford
Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan
pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
Perang saudara
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan
Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan
putranya Sultan Haji.Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga
perang saudara tidak dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya,
Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk
mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan.[1]
Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke
kawasan yang disebut dengan Tirtayasa, namun pada 28 Desember1682 kawasan
ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Ageng bersama putranya
yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret1683 Sultan
Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan
pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan
Syekh Yusuf. Pada 5 Mei1683, VOC
mengirim Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya,
bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel
menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, di mana pada 14 Desember1683 mereka
berhasil menawan Syekh Yusuf.[14] Sementara setelah terdesak akhirnya Pangeran Purbaya
menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan
Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran
Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh
Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di antara mereka, puncaknya pada 28 Januari1684, pos pasukan
Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya
menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari1684 sampai di
Batavia.
- Peninggalan kerajaan Banten
Di Banten Lama dan sekitarnya kini
masih terdapat beberapa peninggalan kepurbakalaan yang berasal dari zaman
kerajaan Islam Banten (abad XVI – XVIII)
Peninggalan tersebut ada yang masih
utuh namun banyak yang tinggal reruntuhannya saja bahkan tidak sedikit yang
berupa fragmen-fragmen kecil. Peninggalan berupa artefak –artefak kecil yang
dikumpulkan dalam penelitian dan penggalian kepurbakalaan kini telah disimpan
di Museum Situs Kepurbakalaan yang terletak di halaman depan bekas Keraton
Surosowan.
Peninggalan Kerajaan
Banten
Sebagai kerajaan yang pernah menjadi poros maritim pelayaran di Nusantara,
Kerajaan Banten sebetulnya telah meninggalkan beberapa bangunan bersejarah.
Akan tetapi, karena konflik yang terjadi antara kerajaan dengan pemerintah
kolonial atau konflik antar pembesar kerajaan di masa silam, banyak di antara
peninggalan Kerajaan Banten tersebut yang hancur dan dihancurkan.
1. Masjid Agung Banten
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung
Banten adalah salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang hingga kini
masih berdiri kokoh. Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota
Serang. Dibangun pada tahun 1652 tepat di masa pemerintahan Sultan Maulana
Hasanudin, putera pertama Sunan Gunung Jati, masjid ini memiliki beberapa
keunikan corak. Keunikan corak masjid Agung Banten di antaranya menaranya
berbentuk mirip mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas gaya
arsitektur China, ada serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks pemakaman
sultan Banten beserta keluarganya di sekitar kompleks masjid.
2. Istana Keraton Kaibon
2. Istana Keraton Kaibon
Banten
Peninggalan Kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan istana Kaibon. Istana
ini dulunya adalah tempat tinggal ibunda Sultan Syaifudin, yakni Bunda Ratu
Aisyah. Akan tetapi, saat ini bangunan istana tersebut sudah hancur dan hanya
dapat dilihat reruntuhannya saja. Pada saat kerajaan Banten bentrok dengan
pemerintah kolonial Belanda pada 1832, Daendels –Gubernur Hindia Belanda, meruntuhkan
bangunan bersejarah ini.
3. Istana Keraton Surosowan
Banten Selain istana Keraton Kaibon,
Kerajaan Banten di masa silam juga meninggalkan bangunan istana lainnya, yaitu
istana Keraton Surosawan. Istana ini adalah tempat tinggal dari Sultan Banten
dan menjadi kantor pusat kepemerintahan. Nasib istana Keraton Surosawan juga
sama dengan Keraton Banten, hancur luluh. Saat ini tinggal kepingan-kepingan
reruntuhannya saja yang dapat kita lihat bersama bangunan kolam pemandiaan para
putri.
4. Benteng Speelwijk
Sebagai
poros utama maritim nusantara di masa silam, kerajaan Banten juga meninggalkan
bangunan berupa benteng dan mercusuar. Benteng dengan tembok setinggi 3 meter
ini bernama Benteng Speelwijk. Dibangun tahun 1585, benteng peninggalan Kerajaan
Banten ini berfungsi selain sebagai pertahanan kerajaan dari serangan laut juga
berfungsi untuk mengawasi aktifitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Di dalam
benteng ini terdapat beberapa meriam kuni dan sebuah terowongan yang
menghubungkan antara benteng dan keraton Surosowan
5. Danau Tasikardi
5. Danau Tasikardi
Di sekirar istana Kaibon, kita juga dapat
menemukan sebuah danau buatan. Danau tersebut bernama Tasikardi. Danau ini
dibuat saat masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, yakni antara tahun 1570 sd
1580. Dahulunya, dasar danau seluas 5 hektar ini dilapisi dengan ubin dan batu
bata. Kendati begitu, sekarang luas danau tersebut telah menyusut dan lapisan
batu bata di dasarnya telah tertimbuh tanah sedimen yang terbawa arus sungai.
Danau Tasikardi pada masa silam berfungsi sebagai sumber utama pasokan air bagi
keluarga kerajaan yang tinggal di istana Kaibon serta sebagai saluran irigasi
untuk persawahan di sekitar Banten.
6. Meriam Ki Amuk
Di dalam bangunan benteng Speelwijk
terdapat beberapa senjata berupa meriam. Di antara meriam-meriam tersebut yang
terbesar dan terunik dinamai meriam Ki Amuk. Dinamakan demikian karena meriam
ini terbilang memiliki daya ledak tinggi dan tembakan yang jauh. Konon, meriam
ini merupakan hasil rampasan dari pemerintah Kolonial Belanda saat masa
peperangan.
8. Peninggalan Lainnya
Selain peninggalan-peninggalan di atas, Kerajaan
Banten juga memiliki beberapa peninggalan lainnya yang berupa aksesoris. Di
antaranya adalah mahkota binokasih, keris panunggul naga, dan keris naga sasra.
Keberaadaan benda-benda bersejarah tersebut hingga kini masih terawat rapi di
Museum Kota Banten.Selamat Belajar
-KiranKomputer-